Sabtu, 28 Agustus 2010

Refresh

Saat semua keluarga telah terlelap, tiba-tiba Tono yang masih duduk di bangku kelas 4 SD terbangun dari tidurnya, ia merasakan dahaga yang teramat sangat di kerongkongannya, ia sangat kehausan namun dia juga masih merasa sangat ngantuk dan malas untuk beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil minum.

Dengan mata yang masih setengah terpejam ia berteriak kepada ibunya yang tidur di kamar yang berlainan, “Ibuuuu… hauuuuss… ibuuuu… haaauuuuss..” Si Tono terus berteriak hingga ibunya pun terbangun.

“Berisikk!! Sudah malam ni, ayo cepat tidur !” Teriak ibunya dari dalam kamarnya dengan jengkel karna tidurnya terganggu.

“Ibuuuuu… hauuuuuuuss..” Tono malah berteriak semakin keras.
“Diam !! Ini sudah malam, ayo cepat tidur!” Teriak ibunya semakin jengkel.
“Ibuuuuu…. Haaauuuuuuuuuss.. “ Tono berteriak lebih nyaring lagi.
“Diiiaaaaaaaaammm!!” Sang ibu sudah semakin jengkel.

“Ibuuuuuuuu… haaauuuuuuuuuuuuuusss…” Tono tak patah semangat dan berteriak jauh lebih keras lagi.
Akhirnya sang ibu kehilangan kesabarannya dan beranjak dari tempat tidurnya, dengan amarah yang menggebu, sang ibu mulai berteriak mengancam, “Kalau kamu tak mau diam, ibu akan masuk ke kamarmu dan memukul pantatmu!!”

Mendengar ancaman itu, Tono pun menjawab, “Nanti kalau ibu masuk kamarku untuk memukul pantatku, jangan lupa sekalian ibu bawakan air putih dari dapur ya?”

>>><<<

Mungkin saja teman-teman akan sedikit tersenyum mendengar cerita ini, tersenyumlah, karna senyum itu menyehatkan, tersenyumlah agar jiwa menjadi bebas. Kehidupan itu sudah cukup sulit, maka jangan ditambah sulit dengan wajah cemberut.

Jika teman-teman senantiasa menjalani kehidupan dengan ekspresi wajah yang murung maka dunia ini akan tampak hitam dan kelam, tapi jika teman-teman senantiasa tersenyum maka duniapun akan tampak bersinar terang.

Tersenyumlah karna senyum itu menyehatkan, tersenyumlah karna dengan tersenyum rona wajah akan tampak lebih muda. Senyum itu menyehatkan, senyum itu mencerahkan, dan senyum itu adalah warna kehidupan.

Dengan tersenyum, maka segala kesulitan dan hambatan akan semakin mudah untuk diatasi. Dengan tersenyum, segala kesedihan akan melebur. Tapi jika teman-teman selalu mengukir raut muka yang muram di wajah maka persoalan sepele pun akan tampak besar.

Tersenyumlah jika ingin kawan-kawan datang menghampiri. Apa gunanya berkawan dengan orang yang memiliki berbagai perhiasan dan mobil mewah jika dia selalu menghadapi setiap orang dengan wajah cemberut? Lebih baik berkawan dengan orang yang hidup sederhana tapi selalu bisa mempersembahkan senyuman manisnya kepada setiap orang yang menghampirinya.

Jangan bebani hidup dengan menjalaninya terlalu serius, karna hal itu hanya membuat tubuh menjadi sarang penyakit. Orang-orang gagal dan putus asa jarang tersenyum dan selalu bersikap pesimis, sedangkan orang-orang sukses selalu menyempatkan waktunya untuk sedikit bercanda dan mengukir senyum di wajah mereka.

Nabi Muhammad saw pun terkadang menyempatkan dirinya untuk bercanda, pernah suatu ketika seorang wanita tua mendatangi beliau dan bertanya, “Ya Rosulullah, apakah aku bisa masuk sorga?” Maka Nabi saw pun menjawab, “orang-orang tua tidak masuk sorga.”

Mendengar hal itu si wanita tua menangis, ketika wanita tua itu hendak pergi maka beliau memanggilnya kembali dan membacakan Surat al-Waqiah yang menerangkan bahwa wanita-wanita sorga adalah gadis-gadis yang muda belia, Nabi saw menjelaskan bahwa di sorga kelak si wanita tua akan diciptakan kembali sebagai gadis cantik yang masih belia, mendengar penjelasan beliau maka si wanita tua itu pun merasa senang.

Ya, Nabi Muhammad saw mengajarkan umatnya agar tidak terlalu serius menjalani kehidupan. Kita bisa membaca dari perjalanan hidup beliau bahwa meskipun beliau menjalani kehidupan yang begitu berat, beliaupun terkadang menyelinginya dengan sedikit bercanda, beliau pernah bermain lempar-lemparan semangka dengan para sahabat, saat dalam perjalanan menuju perangpun beliau menyempatkan diri untuk berlomba lari dengan istrinya, Aisyah ra.

Senyum dan canda akan membuat beban-beban hidup yang kita pikul dipundak kita menjadi lebih ringan. Dengan senyuman, kita akan mendapatkan energi baru dan kita akan siap menghadapi tantangan hidup yang baru.

Mengenai hal ini Nabi saw pernah bersabda, “Obatilah dirimu yang lelah karna kesusahan dengan kesenangan hingga ia kuat kembali dan hiburlah ia dengan sedikit lelucon, tapi jika engkau berikan kepadanya hal itu, pakailah takaran sebagaimana garam yang dibubuhkan pada makanan.”

Nah, dari sini kita tahu bahwa memberikan sedikit lelucon dan humor untuk kehidupan kita adalah hal yang baik, namun demikian, kita tetap harus memperhatikan takarannya agar tidak berlebihan sebagaimana garam yang ditaburkan pada makanan, jika makanan itu tidak diberi garam maka rasanya akan hambar, tapi jika kita memberikan garam itu melebihi takaran yang semestinya maka makanan itu akan keasinan sehingga kitapun akan enggan untuk menyantapnya.

Salah satu adab dalam Islam adalah tersenyum, namun tertawa terbahak-bahak sama sekali bukan akhlak yang islami. Orang yang selalu tertawa terbahak-bahak bukan berarti dia bahagia, karna bahagia adalah soal hati.

Mencari hiburan dan humor sesekali bukan hal tercela tapi jika terlalu sering maka hal itu tidak akan baik untuk jiwa kita, sebagaimana Nabi saw pernah bersabda, “Janganlah kamu terlalu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu bisa mematikan hati.”

Jika hati telah mati maka hati kita akan sulit tersentuh oleh lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an, selain itu berbagai ilmu yang kita pelajari tidak dapat meresap kedalam hati, juga hati yang mati dapat membuat jarak kita kepada Allah semakin jauh karna hal itu membuat semakin sukarnya diri kita untuk khusyu’ saat beribadah dan menangis saat berdo’a.

Itulah sebabnya Rosulullah saw menganjurkan kita untuk menjenguk orang sakit, turut mengurus jenazah dan memperhatikan orang-orang miskin dan kelaparan agar hati kita bisa hidup kembali, dan agar timbul rasa belas kasih dan simpati di dalam sanubari.

Bercanda dan mendengar gurauan sesekali adalah hal yang kita perlukan agar kita tidak menjalani hidup ini terlalu kaku, namun jangan terlalu sering, sebagaimana Sa’ad bin Abi Waqash pernah berpesan, “Iritlah dalam bercanda, karna terlalu banyak bercanda bisa menjatuhkan wibawa, orang-orang bodohpun akan melecehkanmu.”

0 komentar:

Posting Komentar

 
;