Sabtu, 27 Maret 2010 0 komentar

Fenomena Hidup


Seiring waktu berjalan,zaman pun terus bergulir,tahun demi tahun terlampaui,abad demi abad terlewati,dan milenium demi milenium terlangkahi.Kini kita telah memasuki sebuah era baru yang kita kenal dengan era globalisasi.sebuah era dimana kecepatan,kegigihan dan kecerdikan mendominasi.Kita bisa merasakan betapa pesatnya teknologi berkembang dan semakin memanjakan untuk mendukung kebutuhan manusia yang seolah berlari dikejar waktu.

Banyak orang terjebak dalam permainan kehidupan yang sangat melelahkan namun tak juga berhasil menuju pencapaian,sebuah fenomena yang oleh Robert T. Kiyosaki diberi nama “Jebakan Tikus.”

Kita dipaksa untuk berlari kencang mengejar tuntutan hidup yang semakin tidak realistis,acara televisi yang selalu menampilkan gaya hidup orang atas semakin membuat kita kehausan.Berkembangnya teknologi yang seharusnya membantu kehidupan kita justru malah menjadi semacam beban buat kita,kita tertawan oleh rasa gengsi berlebih dan merasa tersaingi tatkala seorang tetangga memiliki HP keluaran terbaru.

Manusia pun mondar-mandir ke segala penjuru bumi tanpa mengenal waktu siang maupun malam,mereka menguras keringat dan membanting tulang demi kebutuhan yang tak pernah dapat tercukupi,mereka bekerja bukan lagi sekedar mencari nafkah dan penghidupan,tapi lebih dari semua itu,mereka berusaha membeli “image.”

Mungkin ungkapan bijak ini cukup untuk bisa memberikan gambaran,”Dunia ini bisa mencukupi kebutuhan seluruh makhluk hidup,namun tidak akan pernah bisa mencukupi seorang manusia yang tamak.”

Ada kisah nyata tentang sebuah keluarga yang mengalami nasib yang tragis hanya demi membayar sebuah gengsi.Ada seorang anak kecil berusia 4 tahun yang tinggal bersama pengasuhnya karna kedua orangtuanya sibuk bekerja.

Suatu ketika saat pengasuh tersebut sedang lengah,putri dari keluarga tersebut membawa krayon di garasi mobil ayahnya,ia berusaha meluapkan kerinduannya pada orangtuanya yang selama ini tidak pernah sempat menemaninya,dengan sebatang krayon ia menggambar sebuah keluarga dimana seorang anak bergandengan tangan dengan ayah ibunya di sebuah taman.Sebuah kesalahan yang sangat fatal bagi sang anak karna ia menjadikan mobil kebanggaan sang ayah sebagai media menggambarnya.

Begitu ayahnya pulang,si kecil pun langsung berlari kepadanya,dengan senyum kebanggaan dia menggandeng tangan ayahnya untuk memperlihatkan hasil karyanya.Betapa kaget sang ayah melihat mobil kesayangannya yang dibeli dengan tetesan keringat kotor oleh coretan krayon anaknya sendiri.Raut mukanya merah padam penuh amarah dan dengan tanpa menaruh belas kasihan sang ayah mengambil sebuah tongkat untuk memukuli kedua tangan putri kecilnya tersebut.

Hari demi hari berlalu,ternyata luka di kedua tangan si kecil menyebabkan infeksi,ketika ia dibawa ke Rumah Sakit,keluarga tersebut harus menerima kenyataan yang sangat mengejutkan…kedua tangan putrinya harus diamputasi.

Ayah dan ibu anak tersebut hanya bisa menangis terisak menyesali nasib tatkala buah hatinya bangun dari tidurnya dan mendapati kedua tangannya telah tiada,gadis kecil itu menangis dan memohon pada ayahnya yang hanya bisa diam membisu,”Ayah…ayah..aku menyesal…aku janji takkan mencorat-coret mobil ayah lagi…tapi ayah…tolong kembalikan tanganku…kalau tanganku ayah sembunyikan,bagaimana aku bisa makan?bagaimana aku bisa bermain?ayah…tolong kembalikan tanganku ayah…aku janji takkan mencorat-coret mobil ayah lagi…”

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu Sampai kamu masuk kedalam kubur Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti Niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahim Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (dari bermegah-megahan itu)

{QS at-takatsur}

Di era yang berjalan serba cepat ini,dunia menjadi semacam ajang kompetisi dimana hanya yang terkuat saja yang menang,setiap orang_kecuali segelintir orang yang cukup bijak dalam menyikapi hidup_saling berlomba untuk meraih tangga teratas.

Setiap orang menjadi waspada dan saling curiga terhadap rekan sendiri,tiada lagi rasa saling percaya,semua tergantikan oleh topeng kepalsuan,mereka saling berebut,memukul dan mendorong.Sahabat karib dijadikan batu pijakan,senyum manis hanya menjadi sebuah kemasan,dunia ini menjadi tak lebih dari sebuah kontes.

Dunia ini panggung sandiwara Ceritanya mudah berubah Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani Setiap kita dapat satu peranan Yang harus kita mainkan Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura Mengapa kita bersandiwara? Mengapa kita bersandiwara? Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak Peran bercinta bikin kita mabuk kepayang Dunia ini penuh peranan Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

[Nike Ardila]

Manusia semakin diliputi oleh kecemasan dan kegelisahan yang seolah tiada ujung pangkalnya,duniapun seolah semakin diliputi oleh awan hitam kegelapan.Dengki,dendam,keserakahan,benci,iri hati,kesombongan dan kesia-siaan semakin menggerogoti hati nurani.

Manusia diliputi rasa khawatir dan ketakutan,bahkan mereka menjadi takut oleh bayangan hitam mereka sendiri.Manusia berpikir bahwa tiada jalan lain untuk mendapatkan rasa aman kecuali setelah mendapatkan 3 hal:harta,jabatan dan popularitas.

Tergiur oleh angan-angan kosong,manusiapun menjual dirinya demi beberapa lembar uang.Berkurangnya waktu hidup mereka dinilai dengan berapa jumlah harta benda yang mereka miliki,hal ini sesuai dengan slogan yang senantiasa mereka teriakkan,”waktu adalah uang.”Padahal Nabi Muhammad saw pernah bersabda,”andai diberikan satu gunung emas kepada manusia,niscaya dia masih tetap menginginkan gunung emas kedua.”

Manusia mengira bahwa dengan uang kita bisa membeli segalanya, apakah benar begitu? Mari kita teliti, apa saja yang dapat dibeli dengan uang :

1. Ranjang, bukan tidur
2. Buku, bukan pengetahuan
3. Makanan, bukan selera
4. Dandanan bukan kecantikan
5. Bangunan, bukan rumah
6. Obat, bukan kesehatan
7. Kemewahan, bukan kenyamanan
8. Kesenangan, bukan kebahagiaan
9. Agama, bukan keselamatan

Lalu,dengan pola kehidupan yang selalu dilalui dengan pengejaran seperti ini,bagaimanakah mungkin mereka bisa mendapatkan ketentraman?Mungkin benar,dengan harta yang mereka miliki mereka dapat membeli banyak hal termasuk kesenangan,tapi sungguh,mereka tidak akan sanggup untuk membeli kebahagiaan meski hanya sebutir,karna kebahagiaan itu lahir dari dalam hati yang bersih,kita tidak perlu mencarinya diluar sana.

Maka marilah kita mencoba bersikap bijak dan menggunakan akal sehat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita.Memang,kita tidak akan sanggup untuk merubah dunia yang penuh dengan muslihat seperti ini,tapi setidaknya kita bisa mengendalikan dan merubah cara pandang kita terhadap dunia.

Beragam kisah telah menjadi bukti bahwa telah banyak manusia yang hidup dalam limpahan kebahagiaan dan ketentraman batin meskipun perbendaharaan dunia tidak berada dalam genggamannya.

Mari kita renungkan perkataan Sufyan Ats-Tsaury yang telah merasakan pahit manisnya kehidupan dan tetap dapat menikmati kehidupannya meskipun ia terbiasa tidur beralaskan tanah :

“Garam dan kuah akan mencukupimu dari sesuatu yang karnanya pintu ditutup dan karnanya juga orang-orang menjadi kikir,dan kamu minum dari air sungai Furat,hanya dengan makan seperti ini kamu telah bisa menandingi orang-orang yang makan Tsarid yang dilunakkan,kamu sudah bisa bersendawa seperti halnya mereka juga bersendawa,seolah-olah kamu habis makan berbagai macam makanan Khabish.”

Lalu,sebenarnya apa yang membedakan?Seorang raja makan 3x sehari maka kita pun makan 3x sehari,seorang milyuner tidur 8 jam sehari maka kitapun tidur 8 jam sehari.Kebahagiaan tidak tergantung dengan apa yang sudah kita miliki tapi dari cara kita menyikapinya.

Meskipun kita berada dibalik penjara dibalik terali besi,kita masih bisa melayangkan penglihatan kita kearah cakrawala atau mengeluarkan bunga Melati dari saku kita,lalu kita cium baunya yang harum dan tersenyum.Meskipun kita berada dalam Istana dengan pakaian yang mahal dari kain sutra yang tebal dan tipis,bisa saja kita berbelasungkawa atau marah dan mengamuk karna emosi terhadap urusan rumah tangga,keluarga dan harta benda kita.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dunia yang kita kejar itu begitu hijau nan menarik hati,warnanya yang gemerlap membuat pandangan mata kita tersilaukan.Tapi bagi Allah dunia ini begitu remeh dan hina sehingga ia tidak rela jika dunia menjadi tempat menetap kekasih-kekasih-Nya,karna Allah telah menyediakan sebuah tempat yang jauh lebih pantas bagi makhluk yang dicintai-Nya,yaitu syurga yang kekal abadi.


"...dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka,(sebagai) bunga kehidupan dunia,agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu.Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal."
{QS.Thooha:131}
0 komentar

Menghadapi Sang Pengkritik

Jika saya ditanya,”metode apa yang paling efektif untuk merenggangkan hubungan yang tadinya baik-baik saja?”Maka akan saya jawab,”kritik saja kesalahannya.”
Kritik adalah sebuah kata yang paling dibenci untuk didengarkan namun sangat menyenangkan untuk diucapkan,kita dapat mendengarkan berbagai macam kritik disekitar kita dimana saja dan disetiap waktu.

Kritik terutama sering dilontarkan kepada orang-orang yang memiliki nilai dimata masyarakat,seperti seorang anak muda yang dihormati banyak orang karna kelebihan yang dimilikinya,orang miskin yang berhasil meraih kesuksesan karna kegigihannya,dan bahkan Nabi Muhammad yang telah kita kenal keagungan dan keluhuran prilakunya tak bisa lepas dari kritikan.

Mungkin kita telah berhasil menanam kebun bunga yang indah di pekarangan rumah,namun seorang pengkritik ulung akan dengan cepat melihat rumput alang-alang yang lupa kita pangkas.

Kritikan adalah makanan sehari-hari bagi orang-orang yang punya nilai,karna semakin tinggi pohon menjulang maka akan semakin kencang pula angin bertiup untuk merobohkannya.

Seorang pengkritik tidak akan pernah membiarkan diri kita tampak lebih baik darinya dimata orang-orang,mereka akan terus mencari sesuatu yang dapat mengurangi kredibilitas kita,mata mereka akan begitu awas dan telinga mereka akan lebih tajam untuk mencari kekurangan yang ada pada diri kita,tapi jika mereka melihat suatu kelebihan yang ada pada diri kita maka mereka akan diam seribu bahasa,seperti sebuah perkataan bijak,”seekor lalat hanya akan hinggap pada yang luka.”

Lalu bagaimana solusi agar kita terbebas dari kritik?jawabannya mudah,jangan pernah jadi orang yang bernilai,jadilah orang bodoh yang manggut-manggut mendengarkan apa kata orang dan jangan membela prinsip yang kita yakini kebenarannya,atau dengan kata lain jadilah mayat hidup demi menyenangkan mereka.

Yang perlu kita ingat adalah bahwa seorang pengkritik hanya akan melontarkan anak panah mereka ke arah burung-burung yang terbang tinggi dilangit dan mereka takkan mau menendang seekor anjing yang sudah mati,hal itu tidak ada manfaatnya bagi mereka,mereka mendapatkan sebuah kepuasan dengan mengkritik orang-orang yang tampak hebat dimata masyarakat.Jadi,jika kita mendapat banyak kritikan dari orang-orang maka kita patut berbangga diri karna hal itu adalah sebuah pertanda bahwa kita adalah orang yang cukup bernilai di mata masyarakat.

Anggaplah kritikan itu sebagai dengungan lalat yang terbang disekitar telinga kita,mungkin cukup mengganggu tapi sama sekali tidak menyebabkan kita terluka.Kita tidak perlu khawatir saat seseorang melontarkan berbagai macam kritikan yang tidak berdasar kepada kita jika kita merasa telah melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya karna tak seorangpun akan mendengarkan kritikan-kritikan tak berdasar mereka kecuali oleh orang-orang yang sama rendahnya dengan mereka.

Kritik adalah sebuah fenomena alam yang sangat biasa sebagaimana matahari pagi yang terbit dari sebelah timur setiap harinya,kita tak perlu menanggapinya terlalu serius dan menghabiskan begitu banyak energi untuk sekedar memikirkannya.

Kita tidak perlu terlalu bertindak “defensif” untuk membantah setiap perkataan mereka.Kita akan menghadapi banyak sekali masalah jika kita menghabiskan banyak waktu hanya untuk meyakinkan dunia bahwa kita benar.

Jika kita senantiasa membalas dan membela diri dari setiap cercaan yang dialamatkan pada kita maka kita akan terjebak dalam adu mulut yang berkepanjangan sehingga akan berakhir pada permusuhan.
Ibarat api yang berkobar,jika kita menambahkan ranting kering kedalamnya maka api itu akan membesar,namun jika kita mendiamkannya maka api itu akan padam dengan sendirinya karna kehabisan enegi.

Ada seorang pendengki menghampiri seorang alim yang cukup disegani masyarakat,tanpa alasan yang jelas ia mencerca dan memakinya sementara sang alim hanya diam mendengarkan tanpa sekalipun membalas ucapannya.

Karna tidak ada respon dari sang alim maka si pendengki kehabisan kata-kata dan terdiam,didorong oleh rasa penasarannya ia bertanya pada sang alim,”aku sudah memakimu dengan semua kata-kata yang menyakitkan,namun kenapa engkau tidak tersinggung sedikitpun?”

Sang alim tersenyum lembut dan berkata,”aku mencoba mendengar apa yang kau ucapkan,namun ketika aku tahu bahwa tidak ada satu kalimatpun dari ucapanmu yang bermanfaat maka aku hanya mendengarkan iramanya saja tanpa mempedulikan kata-katanya,karna aku tidak mendengarkan kata-katanya maka tentu saja aku tidak sakit hati.”

Nabi Muhammad saw pernah bersabda,”laknat akan menimpa orang yang dilaknat jika ia memang pantas untuk menerimanya,namun jika ia tidak pantas untuk menerimanya maka laknat itu akan kembali kepada yang melaknatnya.”hal tersebut ibarat orang yang mencoba meludahi langit namun ludah itu justru jatuh pada mukanya sendiri.

Sebab itu kita tidak perlu terlalu khawatir jika seseorang mencoba merusak kredibilitas kita,seperti perkataan KH Abdullah Gymnastiar,”kita tidak akan hina dengan dihina karna tiap-tiap perbuatan buruk akan kembali kepada pelakunya.”

Namun,sebagai orang yang senantiasa berusaha memperbaiki diri dan bersikap bijak terhadap hidup,kita sangat perlu untuk merenungkan tentang kenapa seseorang senantiasa memberikan berbagai macam kritik kepada kita karna boleh jadi_dan seringkali demikian_kritikan yang dialamatkan kepada kita memang benar adanya,jika memang begitu tentu kita tak boleh merasa sakit hati dan seharusnya kita berterimakasih kepada si pembuat kritik tersebut,kita meski belajar untuk tidak terlalu sensitif agar diri kita terhindar dari dendam kesumat.

Obat itu memang seringkali pahit rasanya namun jika kita ingin sembuh maka kita harus memaksakan diri untuk menelannya,dalam hidup ini kita lebih sering belajar dari musuh-musuh kita daripada teman kita sendiri.Orang yang membenci kita takkan segan-segan menunjukkan berbagai macam kesalahan kita,berbeda dengan teman kita sendiri yang mungkin akan bersikap hati-hati dalam meluruskan tingkah laku kita karna khawatir akan merusak persahabatan yang sudah terjalin.

Lalu,bagaimana jika seseorang terus menerus mencerca dan memaki kita padahal kita merasa telah melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan kita benar-benar merasa bahwa cercaan dan makiannya sangat mengganggu dan merusak kredibilitas yang kita miliki?Apakah kita harus selalu diam mengalah?

Jika kita memang merasa perlu untuk membalasnya maka kita harus menerima konsekuensinya,bahwa dia akan menjadi musuh kita,namun tentu saja memiliki musuh adalah sesuatu yang bisa mengganggu kehidupan kita,kita tetap harus memiliki sebuah pemikiran bahwa,”seribu teman itu kurang sedangkan seorang musuh sudah terlalu banyak.”

Namun,jika hanya demi mencari kedamaian dan menghindari permusuhan tentu bukan hal yang bijaksana jika kita harus mengorbankan harga diri kita,karna saya pernah mendengar perkataan seorang alim,”tidak sempurna amal ibadah seseorang yang tidak menjaga harga dirinya.”

Jadi,sebagai jalan terakhir_namun semoga kita tidak memakainya_kita bisa membalasnya dengan sebuah kalimat yang menusuk dan menghujam,namun kita harus benar-benar yakin bahwa perkataan kita tersebut benar-benar dapat membungkam ucapannya,jika kita tidak yakin dapat mengalahkannya maka alangkah lebih baik jika kita tetap menahan diri,lebih baik kita mencapai kedudukan seri daripada mengambil resiko untuk kalah.

Jika kita telah dapat membungkam ucapannya,maka hapuslah namanya dari ingatan dan kita tidak perlu berhubungan dengannya lagi karna berhubungan dengannya hanya akan merusak ketentraman hidup kita,kita tidak perlu membenci siapapun karna rasa benci itu adalah sebuah penyakit,kita lupakan saja setiap kesalahan orang yang kita benci dan janganlah mencari urusan lagi dengannya,selamanya.

Suatu ketika Imam Syafi’i mendapatkan banyak caci maki yang tidak pada tempatnya sedangkan beliau hanya diam dengan penuh kesabaran,setelah caci maki itu selesai beliau berkata dengan sangat tenang namun tepat sasaran,”berbicaralah sesukamu untuk menghina kehormatanku,diamku adalah sebuah jawaban,bukannya aku tidak punya jawaban,hanya saja tidak pantas bagi seekor singa meladeni seekor anjing.”

Namun,sekali lagi saya mengingatkan bahwa mencoba menanggapi orang yang senang mencerca kita hendaknya tidak kita lakukan kecuali jika memang sangat terpaksa,filosofi sederhana untuk menggambarkan hal ini adalah seandainya ada seekor anjing gila lewat didepan mata kita maka alangkah lebih baiknya jika kita mengacuhkannya dan membiarkannya berlalu,hal itu tentu lebih baik daripada kita berhasil membunuhnya tapi setelah anjing itu berhasil menggigit kaki kita.
 
;